Jakarta? Nooo..

Akhirnya.. Setelah menunggu lebih dari 1 minggu, aku diberi kesempatan lagi buat ngeblog. Tapi kali ini bukan karena laten twitter apalagi laten korupsi yg bikin aku ga ngeblog, tapi karena nyari kerja :). Apa yg terjadi ya selama seminggu ini? Yg pasti PR ku buat ngeblog jadi banyak nih.
Aku akan menceritakan satu persatu kejadian selama seminggu ini. Dimulai dari perjalanan sendiriku menuju ibukota untuk mencari kerja. Itulah kali pertamaku untuk mencari kerja di luar kota dengan sendiri, tanpa ada yg menemani (oowh, kasian). Sebenarnya berat untuk menuju kesana sendirian, apalagi ke Jakarta, kota yg penuh dg orang dan juga kekerasan segala cara, tapi yaudahlah kita kan niatnya baik, so maju teruss.

Dengan menaiki kereta bisnis, Senja Utama Solo dari Stasiun Tugu Jogja, aku berangkat Kamis malam dengan membawa 2 tas, satu tas berisi baju dll, dan tas satunya berisi ijasah serta buku2. Meskipun sendirian, aku duduk bersama dengan 1 keluarga dari Solo yg mau menuju Jakarta juga, jadi ada yg bisa diajak ngobrol. Kebetulan keluarga itu mau menghadiri pentas seni saudaranya di Taman Ismail Marjuki besoknya. Dasar emang nasibku sedang baik atau gimana, keluarga ini juga menawari aku makan, akhirnya sebungkus nasi ayam yg dibeli dari pedagang keliling pun kami santap bersama2, hehe. Ga cuma itu aja, sang ibu juga mendoakan ku supaya ketrima kerja pada tes di Jakarta nanti. Wah baik banget, amin.. amin..

Malam pun tiba, suara2 pedagang yg promo produknya makin kenceng serasa pake toa, hingga akhirnya aku tertidur dan terbangun setelah Subuh, Jakarta telah dekat. Akhirnya aku dan keluarga super baik itu pun berpisah sesampainya di Stasiun Senen dengan saling mendoakan keselamatan bersama.

Weits, siapa bilang aku sendirian ke Jakarta? Eh tadi aku yg bilang ya. Iya sih, perjalananku dan tujuanku ke Jakarta emang sendirian, tapi temanku disana telah menyambutku utk menampung tempat tinggal dan tentunya menjemputku di stasiun. Kita sambut, Panjik Tapen.. Panji lah orang itu yg bakal aku ajak berpetualang di Jakarta. Panji udah lebih dulu ke Jakarta utk mengikuti pemberkasan setelah dia ketrima kerja satu badan dengan Gayus (Ojo koyo Gayus lho Njik). So, karena Panji masih pemberkasan, dia juga numpang di kos temennya, dan statusku nanti menjadi numpang di kos temennya temenku, ribet kan.

Dan inilah perjalan kita dimulai…

KOTA LIAR

Sejak pertama menginjakkan dan tinggal di Jakarta, rasanya julukan itu pantas diberikan untuk ibukota. Why?? Inilah beberapa alasannya. Begitu aku dijemput Panji di stasiun, aku langsung disambut oleh kelakuan 2 ekor kucing liar yg berkejar2an sampai menaiki pohon. Dan kami berdua pun makan di warteg stasiun sebelum aku mengambil kartu tes, dan lagi2 kucing disana ‘mengintil’ di bawah kursiku dan Panji. Seolah-olah siap melompat meja untuk mengambil ikan, lauk kami. Lebih liarnya lagi, saat aku mencoba mengusirnya dengan menendang, eh kaki kucing itu membalas dengan hendak mencakarnya. Kami pun jadi syok dan nafsu makan pun hilang, hingga kami memutuskan utk menyudahi makan meski belum habis gara2 parno sama kucing tadi. Liar benar kucing2 disini.

Keliaran kedua, pengndara motor disini ga ada yg mau ngalah, semuanya serba ngebut dan ngebut. Ya mungkin karena di daerah Jakarta Pusat kali ya, sampai2 bus pun hendak menabrak pengendara motor karena saking liarnya. Benar2 pengendara yg liar.

Keliaran ketiga, aku sempet kaget, begitu juga Panji ketika sesosok manusia berulah di belakangku, dan baru ku sadari makhluk itu adalah orang gila. Dengan menggenggam sesuatu barang di tangannya, orang gila ini langsung lari dan melempar sopir angkot yg sedang mengemudi di terminal. Sangat liar sekali orang gila disini, tentu dengan lemparan liarnya.

Keliaran keempat, kucing selalu ditemui disini dengan luka2 di wajahnya, mungkin karena liar dan kerasnya kota ini sehingga kucing sampai harus berebut jatah tempat. Ga cuma kucing, tikus disini pun gada takutnya sama kucing bahkan manusia, mulai dari tikus got sampai tikus kecil yg slalu mampir di kamar Zuki, teman Panji yg sekaligus pemilik kamar kos yg kita singgahi.

Keliaran kelima dan kesekian, inilah yg paling parah, yaitu kejahatan. Kita musti waspada kalo disini, kapanpun itu kejahatan slalu ada. Bayangin aja, kereta apiku udah kena lemparan batu beberapa kali selama perjalanan, bahkan penumpang didepanku mukanya sampai terluka dan berdarah.

Sampai satu ketika aku, Panji dan Sahid (teman Panji yg juga sedang liburan ke Jakarta), memutuskan utk naik bus Kopaja untuk pulang karena capek naik Trans Jakarta yg kebanykan jalan di lorong dan muter2. Dan selama di dalam bus sampai tempat tujuan, rasanya aku dan Panji seperti tertekan dgn keadaa kota ini. Bagitu masuk kopaja, datanglah gerombolan yg aku kira pengamen, namun ternyata itu adalah orang2 yg meminta2 uang dgn cara yg ga wajar. Setelah berorasi dgn menakut-nakuti, dan beratraksi dengan silet (tentu untuk menakut2i juga), gerombolan ini minta uang secara terang2an. Dengan alibi untuk makan, tapi aku yakin mereka benar2 melakukan tindak kekerasan setidaknya pengancaman kepada penumpang. Bahkan jika ga di kasih uang, gerombolan ini langsung memaki-maki. Si Sahid sempet jadi korban, ia memberi uang Rp 200,- dan di balikin kembali dgn misuh2. Kota apa ini Njik?? Meskipun akhirnya kami selamat dari bahaya yg lebih parah, tapi kami juga syok. Terhitung sudah 3 kali gerombolan dgn orasi dan cara yg sama selama menaiki satu bus ini. Glegg.

Itulah beberapa alasanku utk menyebut kota itu, yah meskipun masih banyak alasan yg lainnya.
Yah akhirnya pengambilan kartu dan tes di Gelora Bung Karno pun aku jalani, semoga saja hasilnya memuaskan. Dan setelah itu kita memutuskan untuk jalan2 ga jelas mengitari Jakarta, setidakny refreshing setelah mengalami tekanan batin. Dan singgahlah kami di Monas, menyaksikan pemandangan kota Jakarta dari puncak Monas meskipun harus menunggu selama lebih dari 1 jam untuk antre masuk. Perlu diingat, selama kamu tinggal di Jakarta, kamu akan merasa uang cepat habis dan waktu berlalu cepat, entah kenapa, mungkin juga karena kemacetan yg sangat memakan waktu.

Yups, itulah PR posting blog ku yg udah aku kerjakan. Masih banyak cerita pahit manis selama di Jakarta tapi semoga tulisan kali ini bisa mewakili semuanya. Sebagai bonus, aku tampilkan juga beberapa poto yg di ambil di ibu kota.







Anak hilang kesasar di Trans Jakarta













Emak, anakmu menginjakkan kaki di Jakarte.











Sebelum tes malah kemeja ketinggalan di kos, kemeja si Adi Broklak pun jadi korban.
















Lokasi tes di Gelora Bung Karno, mantap. (Update status).











Busway dari atas Blok M Square.














Antri yg melelahkan.. fuhh












Ojo suwe2 Njik, mengko timbilen lho mripate, hehe.












Dua pemuda Pati (Panji dan Sahid) saling berkumpul.
















Pendek ternyata monasnya, segitu doang.





















Dua pemuda Pati disatukan oleh tugu Monas.















Pemandangan Jakarta (Masjid Istiqlal dan Pertamina) dari Monas.








"Om kasiani kami om.."

0 Celotehan:

Posting Komentar